Selasa, 26 Mei 2020

KENANGAN LEBARAN 1441 H (saat Pandemi Corona)

pandemi
silaruhami by aplikasi

Lebaran tahun ini lebaran yang kelak akan selalu dikenang pada tahun-tahun mendatang. Karena semua tidak seperti biasanya: kumpul keluarga pas hari H, habis sholat makan ketupat bersama, lalu biasanya datang serombongan anak-anak dan orang dewasa yang entah tinggal dimana, bersilaturahmi ke rumah kami, dan pulangnya kami sisipkan amplop isinya tak seberapa. Setelah itu, keluarga besarku pergi ke makam almarhum bapak, ibu dan kakak-kakak yang telah mendahului. Selesai dari makam, biasanya kami jajan es krim durian dan bakso pinggir jalan, Segerr.

Lebaran kali ini semua kebiasaan itu tidak ada. Keluarga besarku memilih berlebaran di rumah masing-masing. Kami bersilaturahmi melalui aplikasi. Antara senang dan sedih saat melakukannya. Rasanya tak percaya kami mengalami kondisi seperti ini. Pandemi benar-benar merubah segalanya. 

Kami tidak tau, sampai kapan kami tidak akan saling bertemu. Rencana jalan-jalan bareng keluarga ke tempat wisata mungkin ditunda sampai waktu tak tentu. Bahkan Lebaran Iedul Adha bulan Juli nanti bisa jadi masih seperti ini. Biarlah, yang penting kami semua selalu sehat dan tak dicolek covid nineteen.



pandemi
nelangsa 😢


pandemi
ga kemana2, #DiRumahSaja


pandemi
Sholat Ied di rumah

Sabtu, 23 Mei 2020

Mengisi Waktu Saat Pandemi Corona Melanda

Pertama kali pandemi Corona sampai ke bumi Indonesia (entah benar entah tidak) berdasarkan pengumuman Pemerintah, sekitar awal Maret 2020 saat disinyalir ada  2 orang positif Corona. Tapi banyak orang berpikir kalo sebenarnya, jauh-jauh hari sebelumnya pandemi sudah masuk ke tanah air. 
Dengan adanya kabar telah 'masuknya' pandemi itu dan dengan cepat menyebar di Jakarta, lantas ke daerah-daerah sekitarnya, maka Pemerintah meminta sekolah-sekolah merumahkan para muridnya. Lanjut karyawan ikut dirumahkan juga, tapi tetap kerja dari rumah. Hingga istilah School from  Home dan Work from Home pun jadi populer.

Sekarang sudah hampir masuk 3 bulan sejak diberlakukannya SfH dan WfH. Sudah segala macam kegiatan dilakukan guna membunuh rasa jenuh kelamaan diam di rumah. Putri kecilku yang sekarang sudah berumur 10 tahun bahkan sudah bingung mau ngapain lagi. Sementara kedua kakaknya tetap anteng-anteng saja dengan game di laptop-nya😏

nonton acara belajar di TVRI, jadi wajib
nonton pelajaran di TVRI jadi menu wajib 👍

bikin kue
bikin kue ala Tiktok
jasmine dan aktivitasnya
main dengan kakak
Di awal-awal SfH, Jasmine disibukan dengan segala macam tugas dari gurunya di sekolah. Namun begitu memasuki bulan Ramadhan, murid dipersilahkan cari kesibukan sendiri namun kegiatan tetapnya ibadah yang checklist masing-masing di kertas jadwal. Dan ini sekaligus uji kejujuran.

sholat berjamaan saat pandemi
shalat berjamaah 

Nah, seiring berjalannya waktu, rasa bosan mulai menyerang. Bingung mau gimana lagi? percobaan aneka macam kue ala TikTok udah. Bantu-bantu Mama kerjakan tugas RT tiap hari. Bikin slime udah berkali-kali. Pesen squishy by online done!  Lantas saya minta dia coba beresin koleksi buku2nya di lemari sekalian coba baca tuh buku. Udah lama dikoleksi tapi ga pernah sekalipun dibaca (karena bukunya banyaknya Bahasa Inggris 😛, maklum semua hibah dari sepupu-sepupunya yang pernah tinggal di Amrik). Padahal tuh buku menarik semua, baik buku ceritanya maupun buku pelajarannya, asal ngerti bahasa Inggris.
jasmine dan aktivitasnya
buka 'warung' di kamar

beresin buku
beres2 buku
Setelah dipilih-pilih, akhirnya dia mau membaca salah satu novel kegemaranku saat masih SMP... Novel trilogy Si Badung karya Enid Blyton. Pertama baca dia agak menggerutu..nih buku tebal amat dan gambar minim. Tapi setelah mulai membaca dan ceritanya menarik..akhirnya dia suka..😙

seri ketiga dari Si Badung, udah kelar di baca Jasmine 😊





Selasa, 07 April 2015

Berani Tampil

Satu hal yang saya heran dari anak kedua saya Yasser: saat duduk di kelas 5 gini..bakat-bakatnya baru bermunculan. Dan itupun yang nemu bukan saya, tapi guru-gurunya! hehe...
Yang pertama, sekolah mengutus dia untuk tanding catur antar SD se kecamatan. Itu pun dipilih karena setelah dia mengalahkan kawan-kawannya plus gurunya satu sekolah. Sayangnya pas tanding dengan anak SD lain, dia kalah. Kata Yasser, yang dia hadapi pertama adalah yang juara catur se-Bogor. Haiya.
Mengenai keahlian dia bermain catur, sebenarnya saya udah tau sejak dia kelas 3 SD. Waktu itu wali kelasnya yang cerita pada suatu pertemuan. Saya bilang ayahnya keberatan. Karena konon catur itu tidak boleh (saya tidak berani bilang 'dilarang/diharamkan'). Saya ga tau alasannya. Mungkin-menurut logika saya- karena bermain catur itu menghabiskan waktu dan pikiran. Sehingga dikhawatirkan kita jadi lupa sholat dan lupa Tuhan utamanya.

Lalu, sekolah juga meminta dia lebih giat dan ambil kelas khusus berlatih bulutangkis. Karena dilihatnya Yasser mahir dan bisa mengalahkan rekan-rekannya satu sekolah. Kalo yang ini, saya sudah lama tau. Dulu saya sering bermain bulutangkis dengannya. Saya sempat berniat memasukannya ke satu club bulutangkis cilik. Tapi Yasser menolak. Karena waktu berlatih - yang hari Sabtu - bertabrakan dengan jam dia main PS atau komputer. Heuh...

Nah, yang terakhir: dia bersama seorang temannya ditugaskan mewakili sekolah untuk lomba pantomim dalam pekan kreatifitas siswa SD se-Kecamatan. Aha..pantomim? ini baru saya kaget. Apa mungkin Yasser berani malu tampil di muka umum, plus dengan muka cemong? Tapi Yasser menjawab yakin "beranilah..kenapa engga?" Jujur saya seneng banget dengan modal PD dia. Bermain pantomim memerlukan modal keberanian. 

Satu sisi, sebagai konsekuensi dari keikutsertaaan lomba pantomim, sekolah harus meng-hire guru pantomim khusus dari luar. Dan -sesuai pembicaraan empat mata dengan Kepsek di SD Yasser- setiap ortu murid yang ikut pantomim diminta menyumbang 1 juta. Jadi gini: total biaya 3 juta dibagi 3: Sekolah, yasser dan temennya masing-masing 1 juta. Agak nyesek. Rasanya aneh juga, kenapa siswa dibebani biaya? kan dia ga minta ditunjuk. Begimana kalo yang ditunjuk anak yang ga mampu? Ya sudahlah, demi melihat semangat Yasser yang rajin berlatih, kugelontorkan dana 1 juta. Eh...belakangan ada tambahan 400 ribu. Kata Yasser buat kostum dan make up

di make up dulu..

Pas hari H lomba, dengan senang hati aku menemani Yasser dari awal -pas di-make up- sampe akhir lomba. O'iya..saya belum pernah lihat Yasser latihan. Jadi saat lomba itulah pertama kalinya saya melihat Yasser berpantomim. 

Mereka dapet urutan ke-5. Saya perhatikan dari no 1 sampe 4..-menurut saya- tidak ada yang bagus, baik gerakan maupun isi cerita pantomim. Nah, pas Yasser tampil, saya bener2 surprised dengan gerakannya yang kompak, lentur dan jenaka. Pas betul sekolah memasangkan Yasser dengan temennya yang bernama Yusron. Fisik mereka sama. Dan kata gurunya, prilakunya pun sama-sama jahil.

nyaris kembar!
Selesai lomba kusalami Yasser dan temannya. Demikian pula guru2nya, mengucapkan selamat karena bisa tampil dengan bagus. Yasser nampak senang.
Kami tidak menunggu sampe semua lomba selesai untuk menanti pengumuman pemenang. Kami memilih pulang. Karena kupikir, jika pun menang, pasti gurunya yang mewakili. Sepanjang jalan Yasser bilang padaku 'kalo Yasser menang, mama beliin Yasser Hp ya?' saya tertawa. PD sekali anak ini.

Keesokan harinya, hasil lomba sudah keluar. Ternyata Yasser dan temennya tidak menang. Entah siapa yang menang. Kurasa pemenangnya adalah peserta kesekian yang tidak sempat kami tonton. Tentunya pemenang lebih segalanya daripada Yasser dan temennya. Tak apalah, yang penting aku senang karena anakku sudah berani tampil. Itu juara segalanya!


duo petruk  :D